Oops! It appears that you have disabled your Javascript. In order for you to see this page as it is meant to appear, we ask that you please re-enable your Javascript!
Home / Uncategorized / Melestarikan Kebudayaan Membatik dengan Teknik Celup Ikat

Melestarikan Kebudayaan Membatik dengan Teknik Celup Ikat

Melestarikan Kebudayaan Membatik dengan Teknik Celup Ikat

Melestarikan budaya membatik terus dilakukan untuk menjaga keberagaman batik di Indonesia.

Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Negeri Malang (UM) peduli akan keutuhan budaya membatik, untuk itu dilakukan kegiatan pelatihan pembuatan batik dengan teknik celup ikat untuk warga desa Sekarbanyu khususnya ibu-ibu PKK desa Sekarbanyu.

Celup ikat atau ikat celup (tie-dye) adalah teknik mewarnai kain dengan cara mengikat kain dengan cara tertentu sebelum dilakukan pencelupan. Di Indonesia teknik ini dikenal dengan berbagai nama lain seperti tritik atau jumputan dari Jawa, pelangi atau cinde sebutan untuk di Palembang, dan di Banjarmasin mempunyai sebutan sasirangan.

PKK desa Sekarbanyu setiap bulannya mengadakan pelatihan membatik menggunakan canting, dengan suasana baru, pada tanggal 24 Juni 2019 mahasiswa KKN Universitas Negeri Malang berkolaborasi dengan perangkat desa untuk melakukan pelatihan dengan teknik berbeda, yaitu celup ikat. Dalam kesempatan ini mahasiswa KKN UM menghadirkan pelatih dari Batik Tulis Wagastu Kebonagung, yaitu Astuti. Tidak hanya mengenal salah satu teknik, tetapi pengenalan terhadap teknik yang lain perlu dilakukan agar esensi dari pemahaman batik dapat di sampaikan.

Batik sebagai ikon budaya yang kaya akan simbol dan filosofi terhadap siklus manusia, dari waktu lahir hingga meninggal. Kekayaan motif batik menandakan kekayaan makna dan filosofi, sesuai dengan tujuan penggunaannya, misalnya batik dengan simbol keberuntungan dan motif wayang berkarakter baik untuk menggendong bayi.

Pelatihan pembuatan batik ini dimulai dengan penyampaian materi mengenai apa itu batik celup ikat, apa saja bahan yang diperlukan mulai dari kain, benang, jagung,karet gelang, kelereng, serta pewarna. Lalu dilanjutkan dengan pembuatan pola pada kain yang telah dibagikan.

Di pelatihan kali ini ada 4 macam pola dan bahan yang digunakan, untuk mengetahui mana saja yang lebih efektif dalam penggunaan teknik celup ikat ini. Di antaranya adalah dengan cara sibori, lipat, menggunakan jagung, dan menggunakan kelereng.

Minarwati selaku sekretaris desa Sekarbanyu menyampaikan bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat, apalagi di desa Sekarbanyu potensi batik yang memanfaatkan ikon desa bisa dipakai untuk memperkenalkan desa Sekarbanyu.

Bagi ibu-ibu PKK dapat menambah wawasan tentang cara membatik, dan harapannya juga bisa mencari lahan penghasilan nantinya untuk warga desa Sekarbanyu. Dengan pelatihan membatik ini dapat selalu menjalin silaturahmi antar ibu-ibu desa Sekarbanyu yang mempunyai tiga dusun ini.

Di tengah derasnya arus produksi batik, memelihara makna batik sebagai warisan budaya bangsa, dan bukan produk masal semata perlu untuk dilakukan. Hal ini penting karena pemahaman yang kita miliki akan kembali diteruskan kepada generasi akan datang, dan menjadi bekal sebagai budaya warisan manusia yang berasal dari Indonesia. Batik celup ikat menjadi perhatian untuk terus dilestarikan karena cara yang mudah dalam pengerjaannya serta memiliki keunikan tersendiri dalam proses pembuatan.

“Dari kegiatan pembuatan batik celup ikat ini kita semua dapat menjaga warisan budaya, teknik celup ikat ini cara mudah bagi pemula untuk belajar membatik, tidak terlalu rumit tetapi memiliki corak dan motif yang bagus.

Tidak hanya ibu-ibu saja, harapannya kegiatan membatik bisa diajarkan kepada tingkatan umur, sekolah dengan konsep yang berbeda-beda tergantung tingkatannya.” ujar Nanda Risyadi selaku Ketua Pelaksana KKN UM yang berasal dari program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

 

Sounce : www.redaksiana.com