Oops! It appears that you have disabled your Javascript. In order for you to see this page as it is meant to appear, we ask that you please re-enable your Javascript!
Home / Uncategorized / Sejarah Singkat dan Makna Batik Sebagai Warisan Budaya Dunia

Sejarah Singkat dan Makna Batik Sebagai Warisan Budaya Dunia

Sejarah Singkat dan Makna Batik Sebagai Warisan Budaya Dunia

Sejarah Singkat dan Makna Batik Sebagai Warisan Budaya Dunia
                                         Membatik. Foto: Pixabay
Pada 2 Oktober 2009, batik ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi oleh UNESCO. Sejak itu, 2 Oktober pun diperingati sebagai Hari Batik Nasional.
Pemerintah menerbitkan Kepres No. 33 Tahun 2009 dan menetapkan Hari Batik Nasional guna meningkatkan kesadaran masyarakat untuk pengembangan dan melindungi batik Indonesia.
Batik didaftarkan untuk mendapat status intangible culture heritage (ICH) ke kantor UNESCO Jakarta oleh Menko Kesejahteraan Rakyat pada 4 September 2008. Pengajuan itu pun membuahkan hasil.
Mengutip dari situs Kemdikbud, UNESCO menyebut bahwa teknik, simbol, dan budaya di dalam unsur batik dianggap melekat dengan kebudayaan Indonesia.
UNESCO juga menilai bahwa masyarakat Indonesia memaknai batik dari proses kelahiran sampai kematian. Dilihat dari banyaknya motif, batik pun menjadi sebuah refleksi keberagaman budaya di Indonesia.
Secara harfiah, batik diartikan sebagai kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain. Kemudian, pengolahannya dilakukan dengan proses tertentu.
Mengutip dari buku Mengenal Produk Nasional Batik dan Tenun (2010), batik berasal dari bahasa Jawa, yaitu “Ambah” dan titik, lalu disimpulkan menjadi menulis titik.
Ragam dan motif batik di Indonesia sangat beragam. Motif batik Solo – Yogya identik dengan perlambangan dan bersifat simbolis. Warnanya pun dominan coklat, hitam, dan putih. Sedangkan batik pesisir didominasi warna biru muda, kuning, merah, dan coklat.
Motif batik yang diciptakan pun memiliki makna yang mendalam, seperti harapan dan doa. Contohnya batik Sidomukti yang memiliki makna dan harapan agar pemakainya menjalani kehidupan yang baik dan berkecukupan.
Lalu, ada motif batik Truntum yang digunakan orangtua pengantin dan melambangkan tuntunan orangtua kepada anaknya.
Pada masyarakat keraton, batik merupakan sebuah simbol dan terdapat aturan motif yang boleh digunakan. Contohnya, Kasunanan Solo pada 1769 melarang masyarakat umum menggunakan motif Jlamprang.
sounce : www.kumparan.com